Perdamaian sesungguhnya harapan semua manusia di dunia, namun di sisi lain konflik dan peperangan tampak inheren dalam interaksi dan peradaban manusia. Penelusuran historis mendeskripsikan kongres diplomatik besar yang menghasilkan Perjanjian Perdamaian Westfalen di tahun 1648, merupakan upaya untuk mengakhiri perang berkepanjangan yang terjadi pada masa itu. Bagi sebagian pakar Studi Hubungan Internasional (SHI), momentum tersebut menjadi awal kemunculan hubungan internasional berdasarkan negara berdaulat.
Perang Dunia I yang berakhir tahun 1918 telah banyak menelan korban manusia dan menimbulkan kerusakan materil. Akibatnya timbul kesadaran berbagai kalangan – termasuk akademisi – mengenai pentingnya kebutuhan untuk mencegah peperangan dan menciptakan ketertiban dunia. Keinginan kalangan akademisi pada saat itu direalisasikan dengan menjadikan SHI sebagai kajian akademik formal pada tahun 1919 di Universitas Wales di Aberystwyth Inggris (sekarang menjadi Universitas Aberystwyth). SHI terus bertumbuh dalam situasi menegangkan pada Perang Dunia II. Demikian pula ketika dunia internasional dihadapkan pada situasi Perang Dingin, eksistensi SHI memberikan kontribusi tersendiri. Di tahun-tahun selanjutnya SHI senantiasa berkembang mengikuti dinamika politik global. Bahkan hingga saat ini, SHI mampu mengakomodir kajian pada isu-isu tradisional dan kontemporer.
Hampir satu abad SHI berkembang, namun indikasi redamnya konflik masih jauh dari harapan. Berkembangnya aktor dalam percaturan global memunculkan persoalan baru yang mengancam perdamaian dunia manakala persoalan terdahulu belum teratasi. Sehingga, konflik yang terjadi semakin mengalami perluasan dimensi.
Intoleransi sering menyulut terjadinya konflik dan memperluas perpecahan. Intimidasi pihak yang kuat terhadap yang lemah masih marak terjadi meskipun sudah sebagian besar mangakui demokrasi. Ketidakadilan mudah disaksikan di tengah terbukanya payung hukum nasional dan internasional. Hampir di setiap hemisfer bumi, media mengabarkan konflik yang berskala domestik, regional maupun internasional. Pembangunan dan kesejahteraan yang tidak merata serta eksploitasi masif terhadap manusia dan lingkungan turut pula memperkeruh situasi dunia. Kondisi ini sangat mengkhawatirkan dan menggiring pada realita bahwa dunia berada diambang perpecahan. Jika persoalan di dunia ini terus melebar dan konflik tidak dapat diredam, maka kekhawatiran meletusnya Perang Dunia III bisa saja menjadi kenyataan. Kompleksnya situasi tersebut memanifestasikan konklusi bahwa perdamaian dunia belum terwujud hingga saat ini.
Salah satu ilmuan legendaris SHI Bary Buzan mengatakan bahwa Studi Hubungan Internasional salah satunya ditujukan untuk mencapai perdamaian dunia. Tujuan itu menstimulasi para ilmuan HI untuk memproduksi beragam konsep dan teori yang bermuara pada upaya mencapai dunia yang damai. Oleh karena itu SHI seharusnya berperan penting dalam proses perdamaian dunia. Namun tujuan itu tampaknya belum tercapai hingga saat ini. Sulit untuk menafikan bahwa perkembangan SHI yang dinamis belum memberikan konstribusi yang signifikan terhadap perdamaian dunia.
Sebagai bagian dari masyarakat internasional Indonesia perlu memperhatikan persoalan tersebut. Indonesia adalah bagian dari trajektori SHI di dunia kendati belum melahirkan ilmuan legendaris dalam domain SHI. Sungguhpun demikian implementasi SHI tampak jelas dalam respon dan akseptasi Indonesia terhadap perkembangan global, dan demikian juga dalam aksi dan interaksi Indonesia di lingkungan global. Dalam ranah akademik SHI di Indonesia sudah lama berkembang dan memberikan kontribusi dalam perspektif pembangunan Indonesia.
Situasi ini mendorong Himpunan Mahasiswa Hubungan Internasional (HIMAHI) FISIP Universitas Budi Luhur mengambil peran sebagai tuan rumah dalam penyelenggaraan agenda tahunan Pertemuan Nasional Mahasiswa Hubungan Internasional Indonesia (PNMHII) ke-28. Pertemuan tersebut akan menjadi wahana bagi mahasiswa HI se-Indonesia untuk mengkontribusikan pemikirannya secara kongkrit melalui serangkaian kegiatan akademik yang akan diselenggarakan. SHI harus menjadi bagian penting dalam menciptakan perdamaian dunia, yang tidak hanya sekedar memberikan wacana namun memberikan solusi nyata melalui implementasi keilmuannya. Sebagai penstudi HI mahasiswa harus berpartisipasi menjawab tantangan dan mampu berperan demi teraktualisasinya kontribusi SHI dalam proses perdamaian dunia.