Halo, salam Budi Luhur!
Pada Rabu, 20 November 2019, Program Studi Hubungan Internasional kembali menyelenggarakan FISIP Seminar Series. Pada Seminar Series kali ini, Prodi HI mengangkat tema “Indo-Pasifik dan Keamanan Maritim”. Dalam pembahasan, kegiatan seminar menghadirkan Bapak Muhamad Arif, M.Sc yang merupakan peneliti pada ASEAN Studies Program di The Habibie Center sebagai narasumber, dan Bapak Rizky Ihsan M.Si yang merupakan dosen Prodi HI UBL dengan kajian utama pada politik luar negeri Republik Indonesia sebagai moderator. Acara ini dihadiri oleh sekitar 200 civitas akademika Prodi HI dan luar Prodi HI, tamu undangan para siswa/i dan guru Sekolah Menengah Atas dan sederajat, serta peserta dari luar UBL. Kegiatan ini turut didukung oleh Ngampooz dan Lab. Media Komunikasi UBL dalam hal publikasi dan pendaftaran.
Setelah sesi ice breaking yang dipimpin oleh para mahasiswa senior dari angkatan 2017, seminar dibuka secara resmi pada pukul 09.20 oleh Dekan FISIP UBL, Bapak Dr. Rusdiyanta, S.IP, SE, M.Si. Dalam sambutannya, Bapak Rusdi menyampaikan bahwa kawasan Indo-Pasifik dapat dipahami dari berbagai kriteria. Kriteria tersebut terdiri atas kriteria yang bersifat permanen dan tidak permanen. Dalam penjelasannya, Bapak Rusdi memberikan contoh kriteria permanen yang mencakup permasalahan geografis sebagai elemen yang menunjukkan cakupan negara-negara yang termasuk ke dalam kawasan tersebut.
Seminar kemudian dilanjutkan dengan sesi inti, yang terdiri atas 2 sesi, yaitu sesi pemaparan materi dan sesi diskusi serta tanya jawab. Dengan dipandu oleh moderator, sesi pemaparan materi dan diskusi berlangsung lancar dan dinamik. Dalam sesi pemaparan, Bapak Arif menyatakan bahwa Indo-Pasifik merupakan kawasan yang sangat strategis. Terdapat banyak negara di dunia yang memiliki kebergantungan pada kawasan ini. Sebagai contoh adalah Amerika Serikat (AS) yang pada tahun 2018 telah menyatakan bahwa kawasan ini harus menjadi kawasan yang bebas dari segala dominasi, serta menjadi kawasan maritim laut yang bebas. Meskipun demikian, negara pertama yang mendiskusikan pentingnya kawasan ini adalah India. Bapak Arif juga menjelaskan signifikansi peran kawasan Asia Tenggara yang terletak tepat di tengah-tengah kawasan Indo-Pasifik. Dengan misi kemaritiman tersendiri, ASEAN justru memiliki kepentingan untuk menjadi aktor sentral di kawasan tersebut. Maka, kemudiannya, Indonesia juga perlu menunjukkan sebuah politik luar negeri yang dapat menjadi penentu perkembangan di kawasan Indo-Pasifik. Kehadiran negara-negara lain yang juga dominan di kawasan menjadikan politik internasional di kawasan ini semakin dinamik. Di antaranya adalah Tiongkok, Australia, serta negara-negara anggota kawasan Asia Tenggara lainnya.
Acara dilanjutkan dengan sesi tanya jawab, dan berakhir pada pukul 11.30 WIB. Acara ditutup dengan penyerahan plakat dan souvenir kepada pembicara dan moderator oleh Dekan FISIP, Bapak Dr. Rusdiyanta, SIP, SE, M.Si, dan oleh Ketua Program Studi Hubungan Internasional, Ibu Elistania, M.Si. Penutupan seminar dilanjutkan dengan sesi foto bersama, makan siang, dan ramah tamah.
Hasil Dokumentasi Seminar: